Latihan dan Pengembangan SDM
NAMA :
Jodi Giovanni T
NPM :
23217063
KELAS :
4EB08
DOSEN PEMBIMBING :
Bagus Nurcahyo
UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan. Saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Pengertian dan Tujuan
Pelatihan dan Pengembangan
latihan dan pengembangan karyawan adalah untuk
memperbaiki efektivitas kerja karyawan dalam mencapai hasil-hasil kerja yang
telah ditetapkan.
Tujuan Pelatihan :
1) Untuk
meningkatkan keterampilan para karyawan sesuai dengan perubahan teknologi.
2) Untuk
meningkatkan produktivitas kerja organisasi.
3) Untuk
mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi kompeten.
4) Untuk
membantu masalah operasional.
5) Memberi
wawasan kepada para karyawan untuk lebih mengenal organisasinya.
6) Meningkatkan
kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang sekarang.
7) Kemampuan
menumbuhkan sikap empati dan melihat sesuatu dari “kacamata” orang lain.
8) Meningkatkan
kemampuan menginterpretasikan data dan daya nalar para karyawan.
9) Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan para karyawan dalam menganalisis suatu permasalahan
serta pengambilan keputusan.
Tujuan pengembangan :
1) Mewujudkan
hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan.
2) Menyiapkan
para manajer yang berkompeten untuk lebih cepat masuk ke tingkat senior (promosi
jabatan).
3) Untuk
membantu mengisi lowongan jabatan tertentu.
4) Meningkatkan
semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan komitmen
organisasional yang lebih tinggi.Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui
gaya manajerial yang partisipatif.
5) Meningkatkan
kepuasan kerja.
6) Memperlancar
jalannya komunikasi yang efektif yang dapat memperlancar proses perumusan
kebijakan organisasi dan operasionalnya.
7) Mengembangkan
atau merubah sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerja sama dengan sesama
karyawan dan manajemen (pimpinan).
Kapan Pelatihan dianggap Perlu
Pelatihan SDM bertujuan agar setiap pekerja dapat
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaannya, karena dengan
meningkatnya persaingan dan semakin berkembangnya jaman, dituntut para pekerja
yang mampu terus bersaing dan terus meningkatkan kemampuannya agar tidak
ketinggalan dari pesaing. Dan secara otomatis dengan meningkatnya performas
pekerja akan berakibat baik pada perkembangan perusahaan.
Pengelolaan SDM yang baik harus dilaksanakan secara
berkesinambungan melalui rangkaian aktivitas yang terintegrasi. Dengan
pengelolaan SDM yang baik maka dapat diciptakan SDM yang profesional dalam
jumlah memadai berdasarkan keahlian yang dibutuhkan sesuai tuntutan
perkembangan usaha, sehingga tercapai produktivitas SDM yang optimal dalam
mendukung keberhasilan implementasi strategi yang telah ditetapkan.
Untuk menghasilkan kualitas SDM yang berkualitas,
diperlukan pendidikan dan pelatihan yang terus menerus. Pendidikan dan
pelatihan ini bisa dilakukan secara internal perusahaan, in house training,
ataupun mengirimkan pekerja secara bergantian ke berbagai training provider
baik di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk mengikuti pelatihan SDM,
workshop, seminar dan lain-lain.
Secara umum pelatihan SDM bertujuan untuk
menyediakan pekerja yang siap pakai baik dari sisi kompetensi, manajerial,
maupun perilaku, sehingga memberikan kontribusi positif bagi perusahaan yang
secara terus menerus sesuai dengan perkembangan persaingan dan
jabatan.Pelatihan SDM juga bertujuan untuk dapat menyiapkan kaderisasi bagi
jabatan-jabatan yang akan dikembangkan perusahaan di masa yang akan datang,
sehingga pada saatnya tidak memerlukan waktu untuk pengisian jabatan tersebut.
Jenis Program Pelatihan dan
Pengembangan
1) Praktek
Agar seseorang dapat mempelajari keterampilan baru
atau memperoleh pengetahuan faktual, harus ada kesempatan untuk mempraktekkan
apa yang sedang dipelajari, praktek memiliki tiga aspek ; praktek aktif,
“overlearving”, dan lamanya sesi praktek. Overlearving adalah pemberian kesempatan
bagi peserta untuk mempraktekkan tugas ataupun materi pelajaran berkali-kali
sehingga tugus benar-benar dikuasai/dipahami secara tepat. Pada overlaerving
memiliki sejumlah manfaat sebagai berikut :
a) Materi
pelatihan akan diingat dalam waktu yang lebih panjang
b) Proses
belajar menjadi lebih refleksif, sehingga tugas-tugas menjadi otomatis sejalan
dengan praktek yang berkelanjutan.
2) Umpan balik
Umpan balik adalah satu bentuk informasi tentang
upaya seseorang dalam peningkatan prestasi. Umpan balik sangat penting bagi
proses belajar dan unutk memotivasi peserta pelatihan. Umpan balik dapat
mendorong proses belajar dan motivasi dilakukan denga tiga cara :
a) Memberi
informasi langsung kepada peserta tentang benar salahnya hasil kerja atau tugas
kerja, sehingga mereka dapat melakukan perbaikan dalam tugas berikutnya.
b) Bila
seseorang memberi perhatian pada keberhasilan anda, baik itu pelatih,
pembimbing, ataupun guru, hal itu akan membuat proses belajar menjadi lebih
menarik dan dapat memaksimalkan kemauan anda untuk belajar.
3) Materi
pelatihan yang bermakna
Materi yang faktual lebih mudah dipelajari dan
diingat bila materi tersebut bermakna (meaningfull). Agar bermakna, materi
dapat dibuat dengan struktur berikut ini :
a) Berikan
gambaran kepada siswa tentang bahan yang akan disajikan selama pelatihan
b) Sajikan
materi pelajaran dengan menggunakan contoh, istilah, dan konsep yang akrab
dengan peserta untuk menjelaskan dan menggaris bawahi unsur-unsur kunci
dari bahan yang dipelajari
c) Keterampilan
intelektual yang komplek biasanya berisi keterampilan-keterampilan yang lebih
sederhana ini perlu dikuasai lebih dulu sebelum keterampilan yang komplek dapat
dipelajari.
4) Perbedaan
individu
Perbedaan individu jelas terdapat dalam lingkungan
pelatihan beberapa siswa bisa belajar dengan cepat, beberapa yang lain lambat
menyerap materi pelajaran. Variasi pola belajar ini bermuara pada perbedaan
kemampuan dan motivasi diantara peserta. Pelatihan atau instruktur harus cukup
fleksibel untuk mengubah strategi pelatihan mereka untuk mengakomodasikan
perbedaan ini.
5) Pemberian
contoh prilaku (”behaviour modeling”)
Untuk melakukan ini dengan baik, sejumlah
penelitian merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
a) Model
hendaknya memiliki usia dan jenis kelamin yang sama dengan pengamat
b) Gambaran
prilaku yang ingin dicontohkan itu secara jelas dan rinci
c) Susun prilaku
yang akan dicontoh dalam sebuah rangkaian, mulai dari yang paling mudah sampai
yang paling sulit.
d) Akhirnya, prilaku
yang akan dicontoh hendaknya diperagakan oleh beberapa model, tidak hanya satu
peraga
6) Pemberian
motivasi
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa penetapan
tujuan berhasil meningkatkan unjuk kerja karyawan. Dalam kaitan ini, beberapa
hal yang harus diperhatikan adalah :
a) Tujuan
program pelatihan harus dinyatakan secara jelas sejak awal
b) Tujuan harus
menantang dan cukup sulit, sehingga peserta dapat memperoleh kepuasan pribadi
bila dapat mencapainya, tetapi tidak terlalu sulit sehingga dianggap tidak
mungkin dicapai
c) Tujuan akhir
penyelesaian program pelatihan harus dilengkapi dengan tujuan-tujuan antara
lain : seperti penilaian oleh pengajar/instruktur, tes, sampel pekerjaan, atau
kuis-kuis yang dilakukan secara berkala. Jika setiap tahapan itu dapat
diselesaikan dengan baik, maka keyakinan peserta untuk mencapai tujuan akhir,
dapat meningkat.
Orientasi Pekerja Baru
1) Perkenalan
Memperkenalkan pegawai baru, mulai dari unit
kerjanya sendiri sampai unit kerja besarnya dan sampai unit-unit kerja terkait
lainnya, akan memberikan ketenangan dan kenyamanan si pegawai, karena dia
merasa diterima di lingkungannya dan hal tersebut akan mempermudah dia untuk
bertanya jika ada hal-hal yang kurang jelas, bahkan dapat membina kerja sama
dengan yang lain dalam rangka menjalankan tugasnya.
2) Penjelasan
Tujuan Perusahaan
Dengan menjelaskan profil perusahaan secara lengkap
seperti visi, misi, nilai-nilai, budaya perusahaan dan struktur organisasi,
akan membuat pegawai baru lebih mengenal perusahaan tersebut, sehingga akan
membangkitkan motivasi dan kemampuan dia untuk mendukung tujuan perusahaan.
3) Sosialisasi
Kebijakan
Perlu adanya sosialisasi tentang kebijakan
perusahaan yang berlaku, mulai dari kebijakan baik yang terkait dengan Sumber
Daya Manusia seperti Reward, Career, Training, Hubungan Kepegawaian, Penilaian
Pegawai, sampai Termination, juga yang terkait dengan unit kerja tempat dia
bekerja, demikian juga tentang kode etik dan peraturan perusahaan. Dengan
demikian akan memperjelas hal-hal yang perlu ditaati dan dijalankan dalam memperlancar
tugas kerjanya.
4) Jalur
Komunikasi
Membuka jalur komunikasi akan mempermudah pegawai
baru menyampaikan aspirasinya maupun pertanyaan-pertanyaannya. Untuk itu perlu
dibukanya ruang komunikasi bagi pegawai baru, baik melalui komunikasi rutin
melalui tatap muka seperti meeting rutin, friday session dll, juga dibukanya
jalur media komunikasi seperti email mapun telephone.
5) Proses
Monitoring
Tentunya pada awal bekerja, si pegawai baru sudah
disosialisasikan target kerja yang harus dicapai. Perlu adanya monitor rutin
akan hasil kerjanya, sehingga akan membantu pegawai tersebut lebih lagi
meningkatkan kinerjanya. Jika ada kekurangan, maka dapat disampaikan hal-hal
yang perlu dia lakukan untuk mengatasi kekurangan tersebut. Demikian juga jika
ternyata pegawai tersebut berhasil mencapai target yang lebih, maka dapat
ditingkatkan lagi target kerjanya.
Pelatihan dan Tahap –
tahapannya
Terdapat tiga tahapan yang harus tercakup dalam
proses pelatihan (Simamora:2006) yaitu:
1) Tahapan penilaian
2) Tahapan
pelatihan dan pengembangan
3) Tahapan
evaluasi
Terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan. Menurut
(Simamora:2006 :278) ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan:
1) Pelatihan
Keahlian.
Pelatihan keahlian (skils training) merupakan
pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya relatif
sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang
jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran
yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
2) Pelatihan
Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset
pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan
keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang
berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja
rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin computer
atau akses internet.
3) Pelatihan
Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional
training) melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam
bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.
4) Pelatihan
Tim.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari
sekelompok Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam
sebuah tim kerja.
5) Pelatihan
Kreatifitas.
Pelatihan kreatifitas (creativitas training)
berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga
kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang
berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan kelaikan. Dalam tahapan ini
menurut (Gomes : 2003) terdapat paling kurang tiga tahapan utama
dalam pelatihan dan pengembangan, yakni: penentuan kebutuhan pelatihan, desain
program pelatihan, evaluasi program pelatihan.
Pelatihan Formal dan
Non-Formal
Pelatihan formal adalah pelatihan yang
dilaksanakan secara formal (resmi) oleh organisasi atau perusahaan untuk para
karyawan. Pelatihan jenis ini biasanya dilakukan secara teratur, terjadwal
dengan mengacu pada kurikulum-silabus yang sudah ada. Kurikulum silabus disusun
berdasarkan kebutuhan pelatihan yang sudah dikaji sebelumnya, sehingga materi
pelatihan itu benar-benar berkaitan dan dapat meningkatkan kemampuan
pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan.
Pelatihan non-formal adalah pelatihan yang
diadakan untuk melengkapi pelatihan formal. Pelatihan formal tidak selalu dapat
dilakukan, karna ia memerlukan biaya yang besar, waktu yang lama, dan tenaga
kerja yang harus dibayar mahal dan sebagainya. Salah satu jenis pelatihan
nonformal disebut Built In training (BIT ) atau pelatihan melekat merupakan
pelatihan yang berkesinambungan dan melekat dengan tugas setiap atasan,
untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan standar uraian pekerjaan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Pelatihan Supervisor,
Pengembangan Team dan Pengembangan Organisasi
Para manager dan supervisor organisasi bertanggung
jawab tidak hanya bagi kinerja mereka sendiri, tetapi juga bagi kinerja dari
para pekerjanya sendiri. Akibatnya tujuan dari pelatihan supervisi adalah untuk
meningkatkan keterampilan-keterampilan pengawasan atau supervisi dan manajemen
supaya membantu menejemen kepegawaian untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang
lain dan untuk membantu pegawai-pegawai dari manager dan supervisor agar
bekerja lebih baik dan tangkas.
Ada dua jenis pelatihan, yaitu: organizaton
development (OD) dan sensitivity training.
1) Organization
Development yaitu: para manager dan supervisor tidak hanya bertanggung
jawab pada pelatihan terhadap para pegawai secara perorangan untuk meningkatkan
keteramplan kerja mereka, tetapi juga membantu meningkatkan kualitas hubungan
kerja dari para pegawai.
Ciri-ciri organization development:
a) change
oriented.
b) action
orinted.
c) aimed at
employees.
2) Sensitivity
Training yaitu: hubungan-hubungan kerja dalam kelompok kecil dan action
research yang didasarkan pada pengumpulan data dan pengumpanya kembali kepada
para peserta guna memampukan mereka untuk merubah perilakunya
sendiri.Organisasi development memusatkan diri pada variable-variable proses
yang terdiri dari manusiawi ketimbang dari hasil kerja itu sendiri.
Arti dan Pentingnya
Pengembangan SDM
1) Sumber Daya
Manusia Pendidikan
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal,
faktor pendidikan adalah faktor utama untuk mencetaknya. Untuk itu
pelaku-pelaku pencerdas generasi bangsa ini adalah mereka yang benar-benar
berkompetensi di bidangnya. Keberadaan guru dan dosen memegang peranan penting
dalam proses pembelajaran masyarakat. Dari kerja keras guru dan dosen yang
profesional maka tidak mustahil jika hasil yang dicapai juga akan baik bagi
peningkatan sumber daya manusia.
2) Sumber Daya
Manusia Pertanian
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang
pertanian terus dilakukan oleh pemangku kebijakan (stakeholder) dalam hal ini
adalah Departemen Pertanian RI. Pembangunan di sektor Pertanian meliputi
peningkatan kualitas SDM petani melalui penyuluhan tata cara bertani yang baik,
merupakan program DEPTAN dalam meningkatkan keterampilan dan pemahaman tentang
pertanian pada para petani.Bidang usaha yang paling maju di Indonesia adalah
bidang pertanian. Maju dalam arti paling dahulu diusahakan, jumlah tenaga kerja
yang terlibat dalam usaha itu paling banyak, serta pengalaman bangsa Indonesia
di bidang ini tentunya paling banyak
3) Sumber Daya
Manusia Bidang Kesehatan
Terdapat 3 simpul permasalahan SDM Kesehatan
yaitu :
a) Masalah keterkaitan antara tugas jabatan dengan
kompetensinya,
b) Masalah pengelolaan yang variatif khususnya dalam
bidang reward, yang tergantung padakemampuan daerah, dan
c) Masalah ketidakseimbanganantara rekruitmen,
pendayagunaan dan pembinaan di berbagaidaerah khususnya daerah terpencil.
Pengembangan SDM melalui
Diklat
Dari sudut pandang langsung organisasi,
pengembangan seseorang di tempat kerja dapat membantunya lebih kompeten
melakukan pekerjaan. Ini akan makin meningkatkan mutu produktivitas diri
produktivitas organisasi. Pengembangan SDM yang ada jauh lebih murah daripada
merekrut dan mendidik pegawai baru, investasi pengembangan SDM akan mengurangi
biaya operasi organisasi dan mampu menghasilkan kepuasan masyarakat yang lebih
besar. Mengapa pelatihan dan pengembangan SDM begitu penting?..jawaban yang
paling sederhana adalah jika organisasi pemerintah tidak mengembangkannya, maka
organisasi akan kehilangan potensi pegawainya. Organisasi yang tidak
memberi harapan bagi orang-orang yang mempunyai keterampilan kemungkinan hanya
akan memiliki pegawai yang tidak terampil dan tidak dapat diandalkan. Dalam
kata – kata yang lebih positif, organisasi yang berkembang adalah organisasi
yang pengembangan SDM nya terus menerus.
Strategi yang dapat ditempuh dalam pembinaan
pengembangan SDM aparatur dimulai dari pengkajian kebutuhan diklat (need
assesment) untuk suatu program, persiapan dan pelaksanaan pendidikan, evaluasi
pasca pelatihan, pemberdayaan serta dukungan anggaran yang memadai. Selain
itu pengembangan SDM melalui Diklat, diklat yang dilaksanakan harus
dikembangkan dalam teknis pelaksanaannya. Sehingga diklat yang dilaksanakan
harus berbasis inovatif sehingga pegawai merasa nyaman dan tertarik untuk
mengikuti Diklat, Diklat jangan dijadikan objek laluan hanya sebatas
pelaksanaan tanpa hasil maksimal, sudah semestinya Diklat adalah proses
pencetakan kualitas SDM. Dibanyak organisasi pegawai antusias ketika
ditawarkan untuk mengikuti Diklat, karena pegawai merasa yakin ketika
mereka mengikuti Diklat mereka akan mendapat pengetahuan baru dan ketika
berhasil pegawai akan mendapatkan penghargaan dari organisasi.
Pengembangan Melalui Penugasan
Untuk mengembangkan potensi pegawai melalui
penugasan pada jabatan-jabatan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Disamping itu bagi para pegawai juga diikut sertakan dalam pendidikan dan
pelatihan.
Apabila pegawai dilatih dan selama proses latihan
atau pengembangan, pegawai diberitahu atau ditambah pengetahuannya bagaimana
cara terbaik dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan tertentu. Bila
cara terbaik untuk mengerjakan sesuatu itu benar-benar dikuasai oleh pegawai
yang bersangkutan, maka dalam melaksanakan pekerjaan itu dia akan lebih efisien
mengerjakannya jika dibandingkan dengan cara mengerjakannya sebelum ia
mengikuti latihan yang bersangkutan.
Selanjutnya pegawai yang lebih trampil atau lebih
mempunyai pengetahuan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan oleh pimpinan tidak
perlu selalu mengawasinya. Jika pegawai dilatih atau dikembangkan yang salah
satu tujuannya agar pimpinan dapat mengurangi pengawasannya terhadap pegawai
tersebut.
Program-program pendidikan dan pengembangan SDM
diarahkan pada pemeliharaan dan peningkatan kinerja pegawai. Program pendidikan
adalah suatu proses yang di desain untuk memelihara ataupun meningkatkan
kinerja pegawai. Program pengembangan adalah suatu proses yang didisain untuk
mengembangkan kecakapan yang diperlukan bagi aktivitas kerja dimasa datang. Ada
perbedaan pengertian antara peningkatan dengan pengembangan kinerja pegawai.
Peningkatan mengacu pada kuantitas, yaitu meningkatnya kemampuan baru bagi
pekerja.
Pengembangan Melalui
Mutasi/Promosi
Promosi adalah penghargaan dengan kenaikan jabatan
dalam suatu organisasi ataupun instansi baik dalam pemerintahan maupun non
pemerintah (swasta). Menurut Husein (2003) seseorang yang menerima promosi
harus memiliki kualifikasi yang baik dibanding kandidat-kandidat yang lainnya.
Terkadang jender pria wanita serta senioritas tua muda mempengaruhi keputusan
tersebut. Hal inilah yang banyak diusahakan oleh kalangan pekerja agar bias
menjadi lebih baik dari jabatan yang sebelumnya ia jabat. Dan juga demi
peningkatan dalam status social. Promosi merupakan kesempatan untuk berkembang
dan maju yang dapat mendorong karyawan untuk lebih baik atau lebih bersemangat
dalam melakukan suatu pekerjaan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan.
Dasar – Dasar Promosi, Pedoman yang
dijadikan dasar untuk mempromosikan karywan atau pegawai menurut Handoko (1999)
adalah:
1) Pengalaman
(lamanya pengalaman kerja karyawan).
2) Kecakapan
(keahlian atau kecakapan).
3) Kombinasi
kecakapan dan pengalaman (lamanya pengalaman dan kecakapan).
Syarat-syarat promosi
Persyaratan promosi untuk setiap perusahaan tidak
selalu sama tergantung kepada perusahaan/lembaga masing-masing. Menurut Handoko
(1999) syarat-syarat promosi pada umunya sebagai berikut : kejujuran,
disiplin, prestasi kerja, kerjasama, kecakapan, loyalitas, kepemimpinan,
komunikatif, pendidikkan.
Pengertian Mutasi
Mutasi atau transfer menurut Wahyudi (1995) adalah
perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang memiliki tingkat
level yang sama dari posisi perkerjaan sebelum mengalami pindah kerja.
Kompensasi gaji, tugas dan tanggung jawab yang baru umumnya adalah sama seperti
sedia kala. Mutasi atau rotasi kerja dilakukan untuk menghindari kejenuhan
karyawan atau pegawai pada rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan serta
memiliki fungsi tujuan lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami
pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan. Transfer terkadang
dapat dijadikan sebagai tahapan awal atau batu loncatan untuk mendapatkan
promosi di waktu mendatang. Hakekatnya mutasi adalah bentuk perhatian pimpinan
terhadap bawahan. Disamping perhatian internal, upaya peningkatan pelayanan
kepada masyarakat adalah bagian terpenting dalam seluruh pergerakan yang
terjadi dalam lingkup kerja pemerintahan.
Tujuan mutasi, Tujuan mutasi menurut Mudjiono (2000) adalah sebagai berikut :
1) Untuk
meningkatkan poduktivitas kayawan.
2) Untuk
menciptakan keseimbangan anatar tenaga kerja dengan komposisi pekejaan atau
jabatan.
3) Untuk
memperluas atau menambah pengetahuan karyawan.
4) Untuk
menghilangkan rasa bosan/jenuh tehadap pekerjaannya.
5) Untuk
memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya meningkatkan karir yang lebih
tinggi.
6) Untuk alat
pendorong agar spirit kerja meningkat melalui pesaingan terbuka.
7) Untuk
menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan.
Sebab - Sebab dan Alasan Mutasi
1) Permintaan
sendiri
Mutasi atas permintaan sendiri adalah mutasi yang
dilakukan atasa keinginan sendiri dari karywan yang bersangkutan dan dengan
mendapat persetujuan pimpinan organisasi. Mutasi pemintaan sendiri pada
umumnya hanya pemindahan jabatan yang peringkatnya sama baik, anatrbagian
maupun pindah ke tempat lain.
2) Alih tugas
produktif (ATP)
Alih tugas produktif adalah mutasi karena kehendak
pimpinanan perusahaan untuk meningkatkan produksi dengan menempatkan karywan
yang bersangkutan ke jabatan atau pekerjannya yang sesuai dengan kecakapannya.
Pengembangan Melalui GKM
1) Definisi
Gugus Kendali Mutu
Pengertian GKM di dalam perusahaan adalah
sekelompok kecil karyawan yang terdiri dari 3-8 orang dari unit kerja yang
sama, yang dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan mengadakan
pertemuan untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan
menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah.
Definisi lain GKM adalah sejumlah karyawan dengan
pekerjaan yang sejenis yang bertemu secara berkala untuk membahas dan
memecahkan masalah-masalah pekerjaan dan lingkungannya dengan tujuan
meningkatkan mutu usaha dengan menggunakan perangkat kendali mutu. Mutu
usaha secara keseluruhan meliputi :
a) Keamanan,
keselamatan dan kenyamanan kerja.
b) Produk,
biaya, waktu dan penyediaan.
c) Metodologi
kerja baik bagi kepentingan konsumen, maupun kepentingan pemerintah serta
masyarakat pada umumnya.
Karena masalah mutu secara keseluruhan akan
tercermin pada semua segi dari suatu usaha, maka tiap perbaikan usaha,
betatapun kecilnya akan merupakan sumbangan yang bermakna bagi upaya
peningkatan mutu secara keseluruhan.
GKM adalah kelompok yang ssemangat dan tekadnya
sangat besar, tetapi sederhana ambisinya, mereka tidak ingin memaksakan diri
untuk memecahkan masalah yang besar, melainkan:
a) Masalah yang
mereka alami sendiri secara nyata
b) Masalah yang berada dalam jangkauan kemampuan dan
wewenangnya
2) Sasaran GKM
a) Meningkatkan
kemampuan manajerial para karyawan operasional, agar tumbuh kebiasaan berpikir
analitis
b) Mendorong
setiap karyawan agar mampu memberikan sumbangan pikiran yg berkaitan dengan
pengendalian mutu, sehingga tercipta lingk kerja dimana karyawan sadar akan
mutu, permasalahan dan merasa berkepentingan untuk memperbaikinya
c) Meningkatkan
moral karyawan dengan membuka kesempatan untuk berperan serta dalam
mengembangkan mutu di unit kerjanya dengan didukung oleh pola hub karyawan dan
atasan harmonis.
d) Mengarahkan agar
setiap karyawan dapat terlibat dalam suatu bentuk kerjasama kel yang dinamis
dalam usaha untuk mencari pemecahan masalah dalam mutu pelayanan/produk/mutu
kerja
3) Tujuan Umum
GKM
a) Meningkatkan
keterlibatan karyawan anggota pada persoalan-persoalan pekerjaan dan paya
pemecahannya.
b) Menggalang
kerjasama kelompok (teamwork) yang lebih efektif.
c) Meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah.
d) Meningkatkan
pengembangan pribadi dan kepemimpinan.
Pengembangan Melalui Waskat
Untuk menciptakan pengendalian manajemen yang
memadai, digunakan delapan unsur Waskat dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran satuan organisasi / kerja. Delapan unsur Waskat tersebut adalah
pengorganisasian,personil, kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan,
pelaporan,supervisi dan reviu intern. Pimpinan organisasi wajib melakukan
evaluasisecara terus menerus terhadap pelaksanaan unsur Waskat dengan
menggunakan beberapa metode seperti lembar periksa (checklist ), jajak
pendapat, bagan arus (flowchart ) dan wawancara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar